Sekelumit Tentang Valentino Rossi dengan Segala Insiden MotoGP 2015

Hello guys, bagaimana? Masih kesal dengan hari Minggu, 8 November 2015? Saya sih tidak terlalu setelah melihat seluruh dunia hari ini akhirnya membuka mata dan menolak buta.

That Fact is Now Comes To Surface

Kenyataan, fakta sudah muncul di permukaan. Di Sepang pada hari Kamis, Rossi menyerang Marquez secara verbal dan mengatakan kalau Marc memilih Lorenzo menjadi juara dunia dan mengatur balapan di Phillip Island. Tidak ada yang percaya hal ini, termasuk saya masih sedikit ragu. Karena masih ada alasan yang cukup masuk akal, kenapa Marquez menyalip Lorenzo di lap akhir kalau dia memang mau merusak kejuaraan Rossi. Kemudian di Minggu terjadilah Sepang clash yang mendunia, yang bahkan menarik perhatian orang - orang yang selama ini lebih milih nonton sinetron ganteng - ganteng slengekan atau barbie atau upin - ipin, atau sinetron lainnya di televisi lokal untuk ikutan berkomentar. Biar dianggap keren dan kekinian. Sebagian orang mulai mengamini apa yang dikatakan oleh Rossi, bahwa Marquez memang tampak ingin mengganggu Rossi meraih mimpinya dan mimpi kita semua untuk meraih juara dunia untuk ke sepuluh kalinya. Catatan yang rasanya hampir mustahil dapat diulang baik oleh Lorenzo ataupun Marquez di era MotoGP yang begitu ketat seperti sekarang. Masih banyak juga yang mencoba mengelak dan mengatakan kalau Rossi yang curang dan "menendang" Marquez. Oke sip, disini masih ada elakan dan masih ada alasan untuk membela Marquez.

Namun seperti yang kita semua tau tentang peribahasa, sedalam - dalamnya bangkai dikubur suatu saat akan tercium juga, atau setinggi - tingginya tupai melompat, suatu saat akan jatuh juga. Terjadi di hari Minggu waktu Valencia. sepanjang 30 lap tampak jelas, sangat jelas sekali, kecuali anda tidak punya tivi atau kecuali anda menonton motoGP tapi matanya merem, atau mungkin anda saatnya ke dokter mata, terlihat jelas kalau Marquez tidak sekalipun mencoba memberikan perlawanan kepada Lorenzo yang memimpin sejak tikungan pertama. Tidak sekalipun. Alih - alih menyalip, mencoba pun dia ogah. Dia tampak seperti sedang menjaga Lorenzo, seolah anjing yang setia kepada majikannya dan memasang ancang - ancang untuk siap menyerang siapapun. Dia seolah bersiap untuk Rossi yang menjalani salah satu balapan terbaik dalam hidupnya. Start yang sempurna hampir menyalip sekitar 10 pembalap lain dalam satu serangan, kemudian menyalip satu persatu pembalap di depannya bagaikan singa kelaparan, dari kiri, dari kanan, dari tengah, dari semua aspek yang mungkin, di track yang sangat sempit, adalah sesuatu yang legendaris. Rossi yang seperti ini hanya bisa anda saksikan kalau anda sudah menonton MotoGP 8 - 10 tahun yang lalu. Sesuatu yang sangat indah disuguhkan oleh seorang pembalap yang tertua di track. Mempecundangi pembalap - pembalap lain yang jauh lebih muda darinya dan dalam kurang dari 15 lap sudah berada di posisi 4 dari 26 pembalap yang ada hari itu. Legendaris.

Pitboard Lorenzo pun langsung mengisyaratkan kalau Rossi sudah berada di posisi 4, hal yang sudah pasti disadari oleh Marquez juga, dan dia semakin garang menempel lorenzo, mengikuti semua racing linenya, bertahan, tetapi masih tidak mencoba sedikitpun mengganggu Lorenzo. Kemudian Pedrosa seperti yang dia lakukan di Sachsenring dan juga Aragon tiba - tiba panas dan memperbaiki lap timenya dari hampir 3 detik menjadi 0,2 detik saja dalam beberapa lap. Dani mencoba menyalip Marquez, tetapi tiba - tiba Marquez yang sebelumnya tampak seperti banci sedang menunggu pelanggan berubah menjadi anjing garang, dia langsung kembali menyalip Pedrosa. Terlalu jelas, semua tampak terlalu jelas. Di mata orang yang menolak buta, di pikiran orang waras yang masih bisa mikir, semua tampak terlalu jelas.

Champion?

Begitulah balapan berjalan yang diingat orang sampai kapanpun, sampai ke generasi manapun. Orang yang melihat fakta yang sudah sejak lama disadari oleh Rossi sendiri. Sekarang apalagi alasan tidak masuk akal yang akan dilempar media Spanyol, terutama fans buta yang selama ini menyerang saya tanpa henti di twitter? Alasan tidak masuk akal dan terkadang tolol apalagi yang akan mereka katakan demi membela pecundang ini? Masih akankah tertutup mata mereka setelah bukti yang terlalu jelas tampak di hadapan mereka? Disajikan hangat dengan bumbu pedas dari ucapan seorang Valentino Rossi? Satu - satunya pembalap yang selalu mengucapkan apapun yang dirasakannya tanpa mencoba menutupi hal hina yang dapat kemudian menyerang dirinya sendiri.

Lorenzo dan Marquez bisa saja mencuri juara dunia dari tangan Valentino Rossi. Dengan hanya 5 poin terpaut mereka seolah bangga bisa mengalahkan seorang yang seharusnya cuma menjadi poster di dinding - dinding kamar. Seorang yang seharusnya sudah tidak lagi ada di sirkuit dari minggu ke minggu untuk mempecundangi mereka yang sedang dalam masa terbaiknya. Tetapi orang - orang tidak sebodoh dan tidak buta seperti apa yang diperkirakan mereka. Kami bisa melihat kami bisa memutuskan walaupun kami tidak bisa bertindak apa - apa. Valentino adalah juara yang sesungguhnya.

Semua penonton begitu gembira, begitu bahagia setiap Rossi melahap korban - korbannya di Valencia. Satu persatu. Tiap satu pembalap disalip, penonton begitu menggila. Semakin menggila lagi ketika dia sudah berada di posisi 4. Bagaimana mungkin seorang Valentino Rossi masih bisa melakukannya? Tetapi dia melakukannya! Hanya sampai disitu hiburan buat mereka hari itu karena skenario sudah ditulis semenjak balapan Phillip Island. Segelintir orang merayakannya dengan Lorenzo. Mungkin saudaranya, mungkin temannya, mungkin juga segelintir fansnya. Atau mungkin orang - orang bayaran yang tiketnya digratisin supaya bisa berpura - pura mendukungnya agar tidak kalah di kampungnya sendiri.

Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Di Valencia, di Spanyol yang seharusnya adalah balapan rumahnya, dimana tentu saja lebih banyak orang Spanyol yang datang, malah begitu mengelu - ngelukan seorang Italia, seorang tua bangka, seorang yang hanya juara kedua pada akhirnya. Spanyol memuja seorang Italia itu semua orang juga tau haram hukumnya, terutama di sepakbola yang katanya olahraga terpopuler sejagat raya. Tetapi karena mereka tidak bodoh, maka mereka tau siapa yang benar. Mereka seolah malu dengan pembalap tuan rumah mereka sendiri dan bersorak menghina Lorenzo yang sedang merayakan kemenangannya di atas podium dan kepada Marquez setiap kali muka polos tanpa dosanya muncul di giant screen. Mereka sebenarnya lebih jijik kepada bagaimana kejuaraan ini berlangsung dengan kotor, bukan sepenuhnya kepada Lorenzo. Tapi karena aktor utamanya adalah Lorenzo dan Marquez, maka kesanalah luapan amarah itu bisa disalurkan.

Sangat berbeda dengan apa yang mereka lakukan terhadap Rossi, pembalap yang seharusnya musuh utama mereka karena sejak awal karirnya sudah menghancurkan mimpi banyak sekali pembalap Spanyol. Mereka bahkan semenjak hari Jumat sudah mengelu - ngelukan namanya. Chanting "VALE VALE VALE" bergema kuat tanpa henti sampai hari Minggu. Sekali lagi, ingatlah kalau ini semua terjadi di Spanyol. Tanah kelahiran kebanggasn dua pembalap aktor utama MotoGP. Lorenzo dan Marquez. Fakta bahwa juara dunia tidak ada artinya kalau tidak dianggap oleh publik dan hanya berlaku diatas kertas dan piagam kosong.

Deserved Champion

Sejujurnya, kalau saya boleh jujur, Lorenzo dan Rossi sama - sama punya hak untuk menjadi juara dunia tahun ini. Performa yang mereka tunjukkan begitu luar biasa. Melampaui batas maksimal seorang manusia. Satunya adalah pembalap muda yang berada di masa keemasannya dan memanfaatkannya menjadi yang tercepat diatas track. Satunya adalah pembalap gaek yang sudah terlalu banyak makan asam manisnya kejuaraan ini dan mengubahnya menjadi keuntungan untuk bisa tampil konsisten tanpa cela sampai di seri Motegi dan pada akhirnya menutup kejuaraan dengan 15 podium dan 4 kemenangan.

Bukan itu yang menjadikan dia begitu luar biasa, tetapi prosesnya. Bukan ke hasilnya. Apa yang dilakukan Rossi di umurnya yang sudah mencapai 36 tahun itu sesuatu yang menakjubkan. Ingatlah kalau dia datang dari dua tahun yang menyedihkan bersama Ducati. Keinginan dan kecintaannya untuk tetap bisa bertarung di baris depan, kembali belajar dan kembali memulai dari nol bersama Yamaha, rela menjadi pembalap nomor 2, hal yang tidak pernah bisa diterimanya sebelumnya, dan terutama mempelajari teknik baru dari pembalap yang tumbuh besar mengidolakan dia dan mencoba mengopi tindak tanduknya di sirkuit, adalah sesuatu yang menempatkan Rossi di atas segalanya yang pernah disuguhkan oleh sejarah. Rossi begitu disiplin, begitu bekerja keras tahun ini semenjak test pre season tahun lalu di Valencia. Semua kerja kerasnya lah yang membuat dia di posisi sekarang ini, dimana walaupun begitu banyak pembalap muda baru yang muncul dan begitu cepat dia masih saja kedatangan penggemar baru. Masih saja dia begitu diidolakan oleh kakek nenek bapak emak anak - anak di seluruh muka bumi. Luar biasa. Luar biasa. Luar biasa. Luar biasa...
Rider Attitude

Bagaimana dengan Lorenzo? Oke sebenarnya dia pembalap yang sangat kuat, mungkin yang tercepat di muka bumi saat ini selain Marquez. Tetapi sifatnya, bukanlah seorang juara. Aksi terakhirnya adalah ketika dia mengacungkan jempol ke bawah di Sepang ketika Rossi menerima piala ketiga. Kemudian Rossi membalasnya dengan tepuk tangan tulus ketika dia menerima piala kedua. Buktinya tersebar dimana - mana, kecuali anda buta tetapi sekali lagi kami tidak. Banyak lagi tahun ini perangainya yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang pembalap. Busa helm di Qatar, sakit bronkitis di Austin, masalah ban di Argentina, kaca helm berkabut di SIlverstone, dan alasan lainnya lagi setiap kali dia kalah. Rossi hanya akan beralasan ketika kalah adalah : "Lorenzo/Marc/Dani lebih cepat dari saya hari ini." Itu saja. Kalaupun ada alasan lain itu adalah berdasarkan sesuatu yang sudah diluar batas dan nalar seperti apa yang sudah ditunjukkan Marquez.

The People's Champion is Much Bigger than just a World Champion.

Dunia seolah setuju dan mengamini kalau Rossi adalah juara yang lebih pantas. Bagaimana tidak, Rossi yang hanya finish ke empat d Valencia dan berakhir di posisi 2 akhir klasemen mendapat lebih banyak apresiasi di track ketika balapan berakhir. Dari fans, dari marshall, dari pembalap moto3 dan moto2, bahkan dari tim dan kru pabrikan lainnya ketika dia memasuki pit lane untuk menuju pitbox. Jurnalis dan Photojurnalis juga beberapa krunya sendiri tampak begitu sedih dan menangis, tetapi dia memeluk mereka sambil tersenyum. Beberapa mengatakan kalau Rossi memeluk mereka dan mengatakan : "Ini belum berakhir, kita coba lagi tahun depan." Pemandangan yang begitu berbeda terjadi di kubu Lorenzo padahal dia baru saja dinobatkan menjadi juara dunia MotoGP 2015. Adakah artinya juara dunia tapi tidak diakui?

Masih terngiang jelas di memori kita bagaimana Manny Pacquiao yang seorang Philipino menghadapi Mayweather yang seorang Amerika di Las Vegas, Amerika. Pemenangnya adalah Mayweather berdasarkan keputusan juri. Tapi yang dianggap sebagai pemenang sebenarnya adalah Pacquiao bahkan oleh orang Amerika sendiri yang datang kesana pada hari itu.

Begitulah yang terjadi apabila anda bekerja keras, konsisten, menunjukkan kepribadian asli, tabiat asli tidak dibuat - buat, terutama passion dan kecintaan anda di hadapan dunia. Tidak ada yang berani menyangkal kalau Rossi sangat mencintai roda dua dan balapan. Dia menganggap motor memiliki jiwa, dia mengajak motornya berbicara, dia selalu mengecek keadaan motornya ketika motornya menjatuhkan dia di track, dan dia tidak pernah sekalipun bertingkah seperti orang gila atau bahkan memukul motornya seperti yang sudah pernah kita saksikan terjadi ketika Lorenzo, Stoner, Marquez, Aleix, Edwards dan banyak pembalap lain terjatuh. Mereka hanya menganggap motor adalah alat. Mereka hanya membalap karena itu adalah pekerjaan mereka, itu adalah penghasil duit buat mereka. Tetapi tidak buat Rossi dan inilah yang disaksikan dunia.
Perbedaan yang mencolok antara Rossi dan Marquez memperlakukan motornya saat terjatuh

Motomatters mengatakan di artikel terakhirnya kalau kelakuan Rossi mencoreng nama baiknya sendiri sebagai pembalap terhebat yang pernah ada. Tetapi apakah dunia menyetujui dia? Setelah apa yang kita saksikan sendiri di tv apakah akan ada yang setuju dengan dia? Lagian kita semua tau kalau David Emmet adalah jurnalis yang berkedok dibalik ucapannya yang selalu diulanginya kalau dia tidak berpihak kepada siapapun, tetapi artikelnya selalu berkebalikan. Dia sudah dikenal semua orang waras adalah jurnalis ABR (Asal Bukan Rossi). Ketika Stoner berkuasa dia memuja Stoner, ketika Lorenzo berkuasa dia memuja Lorenzo dan sekarang Marquez, dia mati - matian mencari alasan untuk mengembalikan nama baik Marquez melalui artikelnya yang dibuat - buat dengan bahasa yang sulit dan berbelit - belit tapi masih terlalu jelas kalau bahasa inggris anda tidak buruk - buruk amat. Pada akhirnya semua orang masih akan berpendapat yang satu, Valentino Rossi adalah pembalap terhebat yang pernah ada di muka bumi. Karena sehebat apapun media, sepintar apapun dia, tetap saja dia adalah media yang kerjaanya dibalik keyboard dan layar, menghakimi pembalap yang secara langsung turun di lapangan dengan motornya. Anda bisa beropini tidak ada yang melarang, tapi paling tidak jadi media yang bertanggung jawab dengan ucapan anda yang selalu mengatakan anda tidak berpihak ke pembalap manapun. Menjijikkan dan menyedihkan kalau artikel anda malah menuliskan sebaliknya.

Anyway, pada akhirnya semua sudah terbongkar dengan jelas, tidak ada lagi yang sanggup membantah pernyataan Rossi tentang Marquez. Seorang pembalap yang seharusnya bisa menjadi sangat besar, tetapi hanya akan diingat sebagai pecundang yang menghancurkan begitu banyak mimpi orang. Pembalap yang bisa saja meraih apapun diatas track dengan umurnya yang masih sangat muda, tetapi tidak akan ada melupakan aksi tidak terpuijnya seumur hidupnya. Pembalap yang akan menjadi juara lagi nantinya, tapi konspirasi masa lalunya akan terus membayangi. Karena orang mudah melupakan juara dunia, tapi akan menolak lupa akan perbuatan yang mencoreng nama baik olahraga ini.
Ironis, bahkan spanduk ini terpasang di Valencia, Spanyol
Ironis, bahkan spanduk besar ini terpasang di Valencia, Spanyol

Carmelo Ezpelatta, big bossnya MotoGP dan Dorna juga tertangkap kamera mendatangi Rossi untuk menyelamati dia ketika Rossi sedang wawancara. Tidak sekalipun CE berani menatap mata Rossi yang langsung mengatakan "Bukankah sudah saya bilang sejak kamis? Bukannya saya sudah katakan ke kamu?" kepada CE yang terus saja tertunduk seolah malu dan tidak berani berhadapan muka dengan Rossi. Dia tidak mengakui secara langsung tapi gelagatnya menunjukkan betapa dia menyesal tidak berbuat apa - apa untuk seseorang yang namanya lebih besar dari olahraga itu sendiri. Seorang raksasa di MotoGp yang memberikan luar biasa banyak untuk dia dan MotoGP. Seorang yang menjual begitu banyak tiket dimanapun MotoGP singgah. Seseorang yang menjual merchandise jauh lebih banyak dari siapapun di MotoGP. Seseorang,,, yang lebih besar dari MotoGP. Dia malu tidak bisa memberikan keadilan bagi Valentino Rossi. Malu ke semua orang yang bisa melihat dan menolak bodoh.

Rossi kemudian mengatakan ke CE "Saya temui kamu nanti di motorhome saya, kita berbicara lebih lanjut disana." Menunjukkan dunia siapa seorang Rossi itu. Seharusnya yang terjadi adalah sebaliknya. CE yang memanggil pembalap datang ke kantornya, tetapi kali ini sebaliknya. Rossi lebih besar dari MotoGP. Orang nonton balapan MotoGP bilangnya mau nonton Rossi. Di kampung terpencil di Indonesia orang yang ngebut di jalan dibilang mau kayak Rossi. Orang yang beli Honda, Kawasaki, Suzuki, Ducati, Minerva, KTM, Hyosung, Jialing, yang ditempel angka 46 di motornya. Anak - anak kecil taunya semua pembalap namanya Rossi.

Pembalap lain cuma hiasan.

Orang yang sudah memberikan terlalu banyak untuk olahraga ini. Orang yang seharusnya bisa mengakhiri karirnya dengan manis tetapi memilih untuk tetap balapan demi passion dan demi penggemarnya. Orang yang membuka jelas mata dunia dengan fakta yang selalu diutarakannya tanpa ada apapun yang disembunyikan. Orang yang menunjukkan penggemarnya kalau umur itu bukan alasan untuk berhenti, tetapi kerja keras dan pantang menyerah sampai ke detik terakhir walau tidak mencapai hasil yang diinginkan akan tetap mendapat apresiasi tertinggi. Orang yang mengubah balapan roda dua menjadi lebih menarik. Orang yang menjadi alasan MotoGP begitu tenar. Orang yang menjadi alasan orang berkumpul di sirkuit dan di depan televisi setiap minggu. Orang yang mengubah MotoGP di muka dunia. Orang yang akan selalu dikenal sebagai juara sesungguhnya. The Undisputed Greatest of All Time, Valentino Rossi.

People Champion

#IoStoConVale #WeAreRightBehindVale #?KamiBersamaVale

With Love and Passion,
CF46 for Vanguards all around the world.
Twitter: twitter.com/VR46_Vanguard